Lima Syarat Agar Bernilai Ibadah (Berpahala)

Rasulullah telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara menyembah dan membesarkan agama Allah, sebagai pedoman bagi kita. Allah berfirman, “Tidak Aku jadikan jin dan manusia itu melainkan untuk beribadah kepada Ku” (Az Zariat : 56). Caranya telah ditunjukkan oleh Rasulullah melalui wahyu dari Allah dan hadits-hadits. Apa yang dikatakan oleh Rasulullah merupakan wahyu dan Ilham dari Allah. Firman Allah, “Tidaklah Rasulullah bersabda mengikuti hawa nafsuNya, tetapi apa yang diwahyukan oleh Allah”.

Konsep ibadah yang ditunjukkan oleh Rasulullah sangat luas. Bukan hanya menjalankan Rukun Iman dan Islam saja, wirid zikir saja. Menegakkan rukun islam dan iman adalah wajib, merupakan pondasi dalam ajaran Islam. Sedangkan ibadah furuk atau ranting-ranting, cabang-cabangnya banyak sekali. Ada berupa Fardlu kifayah, sunat mu’akad, sunat ghairu mu’akad, dan mubah. Allah dan Rasul juga menginginkan kita menjadikan perkara mubah sebagai ibadah. Mulai dari yang kecil hingga perkara besar bisa dijadikan ibadah. Cara berpakaian, melakukan ekonomi, bermasyarakat, dan sebagainya dijadikan sebagai ibadah.

Seandainya semua persoalan kita jadikan sebagai ibadah, maka hidup kita 24 jam dalam ibadah dan mengabdi kepada Allah. Kita tidak menyia-nyiakn waktu yang Allah berikan kepada kita. Tetapi kalau kita hanya jadikan ibadah pada perkara-perkara mubah saja, sedangkan yang lain tidak, maka inilah yang dikatakan kita menyia-nyiakan umur. Kenapa demikian???…karena ibadah wajib hanya beberapa jam saja, sedangkan ibadah furuk banyak sekali.

Jadi bagaimana setiap usaha kita jadi ibadah? Continue reading

Kebesaran dan Tingkatan Sholat

Islam adalah ajaran yang lengkap dan tersusun rapi. Umat wajib menggali, menimba, memahami, dan mengamalkannya. Al Qur’an diturunkan adalah sebagai petunjuk dalam mengatur kehidupan agar selamat dunia dan akhirat (Al Baqoroh : 165)

Sabda Nabi SAW, “ Sholat itu tiang agama “. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa ajaran islam yang begitu luas tetapi Allah SWT. Memilih sholat sebagai tiang agama, mendirikan sholat berarti mendirikan agama.

dah-sholat-belum Continue reading

Fardhu / Rukun Wudhu

Fardhu atau rukun wudhu ada 6 perkara:

image

1. NIAT

Niat wudhu dilakukan ketika membasuh awal atau sebagian dari muka (ingat dalam hati mengerjakan wudhu). Niat wudhu tersebut tidak mesti kekal hingga selesai membasuh muka, akan tetapi jangan diselingi atau diputuskan dengan niat perkara lain hingga selesai membasuh kaki.

Niat wudhu tidaklah sah jika dilakukan terlebih dahulu sebelum membasuh muka. Misalnya niat dimulai ketika membasuh tapak tangan, berkumur, ataupun menyedot air ke hidung. Kecuali niat tersebut masih ada hingga membasuh muka, maka memadailah niatnya, malah itulah yang afdhol.

Di dalam masalah berkumur atau menyedot air ke hidung, jika terkena basuh sekali sebagian daripada muka, seperti dua bibir mulutnya, dan pada masa itu ada niat wudhu, maka memadailah niatnya.

Lafadz-lafadz niat wudhu:
– نَوَيتُ الْوُضُوْءَ
– نَوَيْتُ فَرْضَ الْوُضُوْءِ
– نَوَيْتُ الطَّهَارَةَ عَنِ الْحَدَثِ
– نَوَيْتُ رَفْعَ الْحَدَثِ الْأصْغَرِ

2. MEMBASUH MUKA

Membasuh muka keseluruhannya dari atas dimulai dari kaki rambut hingga ke bawah dagu dan lebarnya dari anak telinga kiri hingga anak telinga kanan. Jika ada rambut di atas muka, baik jarang atau lebat, wajib diratakan air atas dan pada kulit yang dalamnya.

Adapun janggut bagi laki-laki serta dengan jambang-jambangnya jika lebat, memadailah dibasuh lahirnya saja (tidak mesti dibasuh kulit yang bagian dalamnya). Akan tetapi jika tidak lebat, wajiblah dibasuh lahirnya dan kulit yang di dalamnya.

Yang dikatakan janggut tebal itu ialah janggut yang tidak nampak kulitnya jika dilihat dari depan.

Berbeda dengan janggut orang perempuat atau khunsa (berkelamin ganda) maka wajiblah dibasuh lahirnya dan kulit yang di dalamnya, sebab jarang sekali perempuan berjanggut. Oleh karena itu, sunnah bagi perempuan dan khunsa membuangnya, misal dengan dicukur.

Dalam membasuh muka, hendaknya dibasuh naik sedikit ke atas kepala dan dibasuh ke bawah sedikit daripada dagu hingga ke halkum (jakun), serta sebagian dari dua telinga dan di bawah pertemuan dua tulang dagu, karena tidak sempurna wajib melainkan dengan diluaskan lebih sedikit. Sehingga, melebihkan itu hukumnya juga wajib.

3. MEMBASUH DUA TANGAN HINGGA SIKU

Membasuh dua tangan hingga dua siku, baik pada tangan tersebut ditumbuhi rambut yang jarang ataupun lebat, wajib dibasuh semuanya, termasuk kuku dan daging yang tumbuh jari yang lebih (jika ada).

Jika ada benda-benda yang menghalangi masuknya air pada kulit, wajiblah dihilanglan terlebih dahulu, dan wajib membuang benda-benda yang ada pada celah-celah kuku, kecuali jika sedikit atau kecil apalagi pekerja bengkel atau sebagainya niscaya dimaafkan (Bajuri 1 halaman 53).

Jik ada duri yang tertusuk pada anggota wudhu, dan bisa dicabut, maka wajib dicabut terlebih dahulu, kecuali jika sudah tertanam maka memadailah dibasuh atasnya.

4. MENYAPU SEBAGIAN KULIT KEPALA ATAU RAMBUT

Menyapu sebagian kulit kepala atau rambut yang ada pada daerah kepala hukumnya wajib sekalipun hanya sehelai atau setengahnya. Akan tetapi tidak sah menyapu rambut yang disanggul jika ketika dibuka sanggulnya itu rambut tersebut keluar dari bagian kepala.

Menyapu air ke kepala tidak mesti menggunakan tangan, boleh dengan alat bantu lain.

5. MEMBASUH DUA KAKI

Membasuh dua kaki hingga mata kaki pada orang yang tidak memakai khof (sejenis stocking) adalah hukumnya wajib.

Bagi mereka yang memakai khof, boleh dibasuh di atas khof tersebut tanpa membuka khof. Akan tetapi afdhol jika dibuka terlebih dahulu.

6. TERTIB

Dilakukan secara berurutan.

Jika ada empat orang yang membasuhkan empat anggota wudhu seseorang secara bersamaan dan disertai niat, maka belum dikatakan sah wudhunya secara sempurna, sebab yang terangkat hadatsnya baru mukanya saja.

Namun, jika seseorang menyelam di air serta berniat wudhu, niscaya sempurna dan sah wudhunya meskipun ia tidak berdiam lama di dalam air tersebut karena ada tertin beberapa lahzhoh (sepersekian detik).

#IdamanPenuntutJilid1

Istinjak

Istinjak dalam bahasa Arab asal maknanya adalah melepaskan diri dari benda yang mengganggu atau geli. Maksudnya di sini adalah cebok. Hukum beristinjak adalah wajib, baik dengan sebab buang air kecil atau buang air besar, atau keluar benda yang najis keadannya.

Alat yang dapat digunakan untuk beristinjak adalah air atau batu atau benda yang beku, suci, kasap, dan bukan benda yang dihormati. Tidak juga diperbolehkan beristinjak dengan menggunakan:

  1. benda yang dihormati, seperti makanan manusia semisal roti yang telah mengering dan mengeras;
  2. tulang, sekalipun tulang tersebut telah hangus sebab tulang merupakan makanan jin;
  3. tanah; dan Continue reading

Bersugi (Menggosok Gigi)

Bersugi atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan menggosok gigi adalah membersihkan mulut dan gigi dengan menggunakan alat, misalnya siwak, sikat gigi, sabut kelapa dan sebagainya. Bersugi hukumnya adalah sunnah muakkad tatkala:

  1. hendak membaca Al Quran
  2. hendak sholat
  3. Berubah bau mulut
  4. baru bangun tidur
  5. gigi berubah kekuningan
  6. hendak tidur
  7. hendak berzikir
  8. hendak masuk Ka’bah
  9. hendak masuk rumah selepas bepergian
  10. hendak berhubungan suami-isteri Continue reading

Najis dan Cara Menyucikannya

NAJIS DAN CARA MENYUCIKANNYA

Setiap benda yang cair atau lembut yang keluar dari dubur atau qubul hukumnya najis kecuali mani, sama halnya mani manusia atau binatang yang lain daripada anjing, babi, anak dari hasil perkawinan keduanya, ataupun anak dari perkawinan anjing/babi dengan binatang lain sekalipun yang suci.

Tidaklah termasuk dihukumkan najis jika benda yang keluar itu keras seperti biji-bijian sekiranya ia tumbuh jika ditanam, misalnya biji kopi luwak ataupun durian gajah.

Benda lain yang keluar selain dari dubur dan qubul hukumnya adalah suci, kecuali muntah dan air liur basi yang keluar dari tembuni makanan berwarna kuning dan baunya busuk sekali. Keduanya adalah najis (muntah dan  air liur basi dari tembuni makanan). Continue reading

Bersuci dan Bab Air

BERSUCI

Bersuci secara bahasa berarti mebersihkan diri atau benda-benda dari kotoran, baik karena najis ataupun tidak, seperti ludah, ingus, dan lain-lain.
Bersuci secara syarak adalah menghilangkan halangan beribadat dengan sebab ada hadas atau najis dan menghilangkan halangan memakan sesuatu benda yang terkena najis.
Alat yang dapat digunakan dalam bersuci adalah air, tanah, dan batu.
Hukum bersuci dari hadas dan najis adalah wajib.

AIR YANG SAH UNTUK BERSUCI

Air yang sah digunakan untuk bersuci itu umum. Contohnya adalah air hujan, air embun, air laut, air sungai, air mata air dan lain-lain sama ada ianya putih, hitam atau kelabu, jernih atau keruh, masam atau manis. Continue reading