Kita sering mendengar orang menyebut jahiliah. Zaman jahiliah sebelumnya dikaitkan dengan umat, bangsa, masyarakat yang dilahirkan sebelum nabi Muhammmad SAW diutus menjadi rasul. Yang perlu kita pahami adalah, apakah dengan demikian berati orang-orang yang hidup pada masa itu orangorang yang bodoh belaka. Kalau pendapat ini kita terima, maka bukan saja para ahli sejarah yang menertawakan, tetapi Al quran juga menentang kita tentang bagaimana keadaan pada zaman tersebut.
Kalau begitu, apakah yang dimaksud dengan zaman jahiliah. Hal ini patut kita pertanyakan, sebab kalau disebut mereka bodoh karena zaman itu belum ada kemajuan, baik itu terknologi, kebudayaan, peradaban maka hal itu jelas salah. Buktinya :
Saat itu sudah ada kerajaan besar, yakni kerajaan romawi dan persia. Sisa kerajaannya masih dapat kita saksikan hingga saat ini.
Dari sudut teknologi, saat itu orang telah mampu membangunkan piramida, yang hingga kini belum ada yang mampu menirunya. Bangsa cina juga pada saat itu juga telah maju, sampai Rasulullah SAW bersabda, tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina.
Bangsa arab juga pada waktu itu telah memiliki kemajuan dalam bidang peradaban, dengan adanya sebuah mahkamah atau pengadilan yang bernama Darun Nadwah . Juga mereka telah sering mengadakan pemilihan ratu kecantikan. Salah seorang pemenangnya adalah Ummu Jamil yang kemudian yang kemudian menjadi istri Abu Lahab. Meraka adalah pasangan abadi, baik di dunia maupun di neraka, karena begitu kuatnya menentang islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Ada pula yang berpendapat, bahwa zaman itu disebut zaman jahilliah karena mereka tidak kenal Allah sebagai pencipta langit dan bumi. Pendapat ini Al quran sendiri yang menjawab, Jika kamu bertanya kepada mereka (kafir) tentang siapakah yang menjadikan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab Allah ( Luqman : 25)
Kalau begitu timbul pertanyaan kita, yakni jahiliah yang bagaimanakah yang dimaksud? Jahiliah yang dimaksud menurut islam adalah apabila seseorang, masyarakat, bangsa, atau umat itu tahu bahwa alam ini milik Allah, tetapi tidak mau tunduk dan patuh perintah-Nya.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa apabila ada orang yang percaya kepada Allah, tetapi tidak mau tunduk dan patuh syariat-Nya maka orang tersebut adalah orang jahiliah. Begitu juga apabila berbentuk kelompok maka kelompok jahiliah. Hal ini dapat kita buktikan dari fakta-fakta sejarah tentang adanya beberapa kebiasaan mereka pada waktu itu, diantranya :
Mereka itu menyembah berhala, yaitu selain Allah SWT.
Mereka membunuh bayi-bayi wanita yang baru lahir
Maksiat dan perzinaan merajalela
Homosex
Wanita-wanita telah hilang malunya
Sekarang marilah kita renungkan, apakah kejahilan itu sudah tidak ada lagi dizaman kita ini? jika kita merasa bahwa hal tersebut masih ada di zaman kita ini, maka wajiblah bagi kita untuk memeranginya, dan bukan malah ikut menyemarakkannya.
Sabda nabi SAW, jika kamu melihat kemungakaran, cegahlah dengan tanganmu, kalau tidak sanggup, maka cegahlah dengan mulut mu, kalau tidak sanggup, maka setidaknya hatimu tidak menyetujuinya. Dan ketahuilah itulah selemah-lemahnya iman.
Agar kita tidak termasuk dalam golongan jahiliah, maka hendaklah kita menjadi orang yang cerdik. Cerdik menurut pandangan islam adalah orang yang pandai menyelamatkan dirinya dari siksa neraka di akhirat nanti. Untuk selanjutnya menyampaikan dan mengajak orang lain agar dapat sama-sama keluar dari kejahilan. Untuk menjadi panduan kepada kita rasulullah saw telah memberi tahu kepada kita bagaimana hendak menyembah Allah, bagaimana hendak membesarkan Allah, Firman Allah : tidak aku jadikan jin dan manusia itu melainkan untuk beribdah kepadaku, Adz-dzariat 56.
Caranya telah ditunjukkan oleh Rasullah melalui wahyu dari Allah dan hadis-hadis. Apa yang dikatakan oleh rasullah saw merupakan wahyu dan ilham dari Allah. Firman Allah :tidaklah Rasulullah berkata menurut hawa nafsunya, melainkan apa yang diwahyukan oleh Allah . Jadi, ibadah atau konsep ibadah yang ditunjukkan oleh rasullah adalah luas. Ia bukan hanya menegakkan rukun iman dan islam saja, wirid dan zikir saja. Menegakkan rukun islam dan rukun iman adalah perkara pokok dalam ajaran islam. Ia menjadi tapak foundation dalam ajaran islam. Manakala ibadah furuk atau ranting-ranting, cabang-cabang dalam ajaran islam paling banyak. Ada berbentuk Fardhu kifayah, sunat muaakad, sunat ghairu muakad, kadang kadang berbentuk perkara perkara mubah.
Allah dan Rasul juga mau kita menjadikan perkara perkara mubah sebagai ibadah. Dari sekecil-kecil perkara hingga sebesar-besar perkara dapat di jadikan ibadah. Berpakaian, berkeluarga, berekonomi, bermasyarakat dan sebagainya di jadikan sebagai ibadah. Andai kata semua persoalan kita jadikan sebagai ibadah, hidup kita 24 jam dalam ibadah dan mengabdikan diri kepada Allah, kita tidak sia-siakan hidup kita dengan waktu yang Allah berikan untuk kita.
Tetapi, kalau kita hanya jadikan ibadah hanya pada perkara-perkara wajib saja selainnya tidak, inilah yang dikatakan kita menyia-nyiakan umur, kenapa?…karena ibadah wajib hanya beberapa menit saja, sedangkan ibadah furuk banyak. Jadi bagaimana setiap usaha kita bisa dijadikan ibadah?…Yaitu harus menempuh 5 syarat :
1. Niat harus betul.
2. Perkara yang dilakukan syah menurut syariat
3. Pelaksanaannya tidak melanggar syariat
4. Natijah / hasilnya harus bermanfaat menurut syariat
5. Tidak meninggalkan perkara Wajib ( rukun Iman & Islam )
Kadang-kadang usaha kita itu jatuh wajib, fardu kifayah, sunat muaakad, sunat ghairu muakad dan juga mubah. Kita contohkan orang yang berdagang di warung kecil, bagaimana usaha itu bisa jadi ibadah dan dapat pahala ?
1. Niat harus betul, karena membangunkan fardu kifayah di kalangan penduduk islam
supaya orang islam tidak membeli barang dari orang bukan islam.
2. Perkara yang di buat (jualan-sah/halal) menurut syariat.
seperti beras, gula, kopi dan lain-lain.
3. Pelaksanaan harus betul, timbangan harus betul, jangan ada unsur-unsur riba.
4. Natijah/hasil harus betul, hasil dari keuntungan, sampai hasil keluarkan zakat, membantu fakir miskin, untuk masjid dan lain-lain.
5. Jangan meninggalkan ibadah wajib.
Jangan pula karena ingin membangunkan fardu kifayah, fardhu ain di tinggalkan, tidak sembahyang, tidak puasa, tidak berzakat dan lain-lain. Karena fardhu ain lebih besar dari fardu kifayah. Meniggalkan fardu ain semua yag dilakukan tidak syah, tidak mendapat pahala di sisi Allah.
Jadi, jika warung ini menempuh 5 syarat akan jadi ibadah. 10 jam ia kendalikan warungn, 10 jam dia dalam ibadah kepada Allah, amal sholeh. Jika pada waktu yang sama juga, seorang sahabat beritikaf di masjid 3 jam dengan sembahyang sunat 300 rakaat, baca alquran dan sebagainya. Jadi pahala orang yang mempunyai warung itu lebih banyak dari ber iktikaf di masjid. Sebab sahabat tadi hanya melakukan perkara sunat itupun untuk pribadinya saja. Sedangkan pemilik warung tadi melaksanakan fardhu kifayah untuk masyarakat, tenaganya ditumpah pada orang banyak. inilah yang di katakan farduhu kifayah lebih besar daripada amalan sunat. Dengan adanya fardu kifayah masyrakat tidak bernaung pada orang bukan islam. Rasulullah saw bersabda:sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang memberi manfaat kepada pada manusia lain . Pemilik warung itu bukan saja dia dapat untung bahkan orang lain juga dapat untung darinya. Dia dapat dua untung , untung dunia dan untung akhirat. Di dunia dapat untung di bidang ekonomi, di akhirat Allah nilai dengan ibadah dan diberi pahala.
Contoh yang lain lagi, di bidang pelajaran. Yang belajar, mengajar, mentadbir. Haruslah menempuh 5 syarat untuk jadi ibadah.
1. Niat karena Allah, perintah Allah (wajib menuntut ilmu)
2. Perkara yang dia pelajari syah menurut syariat islam seperti fikih, tauhid, tasauf, ilmu ilmu fardu ain, ilmu tekhnologi, ilmu alam, bahasa dan ilmu yang bermanfaat. Begitu juga fardu kifayah untuk keperluan umat islam, seperti membuat sepeda motor,kapal terbang dan lain lain.
3. Pelaksanaannya harus betul jangan bergaul dengan muda mudi tanpa batas.
4. Natijah / hasil, ilmu yang di peroleh itu di sumbangkan untuk islam, fardu kifayah untuk masyarakat
5. Jangan meninggalkan yang Wajib.
Dia dapat dua untung. Untung di dunia dapat ilmu pengetahuan , untung di akhirat Allah beri pahala, surga. Kadang-kadang ilmu akhirat pun tidak dapat pahala sebab tidak menempuh 5 syarat. Bahkan sia sia saja. Jadi, dapat kita kita pahami bahwa ibadah dengan kemajuan tidak terpisah. Jika semua orang islam ini faham tentang ajaran islam dan dapat mengamalkanya, dia mampu membuat suatu perkara dapat dua untung, disamping ibadah juga kemajuan. Ibadah di beri pahala oleh Allah. Kemajuan yang di buat menaikkan taraf hidup umat islam. Kemudian dapat kita pahami lagi kemajuan kebudayaan tamaddun itu adalah hasil atau buah daripada msyarakat islam membangunkan hukum. Contohnya untuk menghasilkan pendidikan mesti ada sekolah. Jadi sekolah itu adalah kemajuan. Begitu juga kalau ingin menghasilkan roti harus ada pabriknya. Jadi, pabrik itu merupakan kemajuan selepas kita bangunkan fardu kifayah. Begitu juga dengan klinik rumah sakit merupakan kemajuan di bidang kesehatan. Jadi klinik rumah sakit itu merupakan buah setelah kita menegakkan batangnya yaitu fardu kifayah. Jadi kemajuan di bidang apapun yang kita lahirkan adalah hasil dari membangunkan hukum.
Jadi akan tertolaklah tentang tuduhan terhadap islam, karena ada yang mengatakan, jika hendak maju dalam bidang apa pun hendaklah meninggalkan hukum-hukum Allah atau lakukan lebih kurang saja sudah cukup. Bagi kita yang yakin jika umat islam ingin maju hendaklah bersungguh-sungguh membangunkan hukum, akan bertambah tertegaklah kemajuan umat islam. Jika kita meninggalkkan hukum islam, maka akan mundurlah umat islam. Sebab itu, jika umat islam ingin maju hendaklah membangunkan hukum islam sebanyak-banyaknya di bidang apa saja.
Mengapa kita lihat umat islam hari ini mengalami kemunduran ???..
Ini karena mereka tidak tahu menegakkan hukum. Mana ada rumah sakit umat islam (kalaupun ada sangat sedikit), mana industri umat islam, mana sekolah yang dibangunkan oleh umat islam?…dan sebagainya. Kalaupun ada dalam pelaksanaannya sebagian ikut cara islam dan sebagian tidak ikut cara islam. Yang kita inginkan hasil umat islam, yang masyarakat lakukan. sebab fardu kifayah ini adalah tanggung jawab kepada semua orang. Tidak memandang pemerintah atau rakyat. Kadang-kadang ingin membeli alquran di mesjid pun terpaksa meminta sumbangan pihak lain, betapa lemahnya umat islam. Jadi, jika kita tidak dapat melahirkan fardu kifayah di kalangan umat islam maka kita berdosa. Jadi, barulah kita faham bahwa konsep ibadah dalam ajaran islam sangat luas. Jika ditegakkan maka akan lahirlah kemajuan di tengah masyarakat islam.
Firman Allah : Tidak aku jadikan jin dan manusia itu, melainkan untuk beribadah kepadaku.Adz-dzariat : 56.
Jadi ibadah di sini selain kita membangunkan rukun iman islam, setiap gerak gerik kita hendaklah dijadikan ibadah kepada Allah dengan menempuh 5 syarat tadi. Inilah hakikatnya seorang hamba kepada Allah swt.
:: Pengantar Fardhu ‘Ain ::
Oleh: Ust. ‘Athoillah al Palimbani